03 April 2011

Redefinisi Melayu

Redefinisi Melayu: Perjuangan Tanpa Akhir

Redefinisi MelayuPengertian Melayu seringkali dipahami dengan cara pandang yang sempit sehingga membentuk pemikiran dan pengertian yang terkungkung dalam lingkaran parsial. Istilah Melayu pada akhirnya kerap ditinjau lewat sudut pandang tertentu, bahkan oleh kalangan ilmuan dan orang Melayu sendiri, yang nyaris selalu didefinisikan melalui sekat-sekat perspektif, termasuk lewat pandangan linguistik, politik, geografi, etnik, dan agama. Salah kaprah dalam memaknai Melayu inilah yang kemudian justru membuat kebesaran rumpun Melayu semakin lama semakin tergerus dan kian lirih gaungnya.

Kejayaan Melayu sebagai salah satu rumpun bangsa yang besar di jagat raya ini seolah-olah lenyap tanpa bekas, tenggelam di tengah riuh-rendah persaingan peradaban di bumi, terasing dari gegap-gempita semesta. Hal ini disebabkan oleh efek eksklusifitas yang berdampak pada kecongkakan etnis/suku bangsa tertentu dan memecah-belah serta menempatkan bangsa-bangsa Melayu serumpun ke dalam kotak-kotak yang berdiri sendiri-sendiri. Melayu tidak lagi dipandang secara utuh melainkan diartikan dengan subjektif atas nama kepentingan masing-masing etnis/bangsa yang merasa “memiliki” hak membawa nama rumpun Melayu dengan congkak dan angkuh.

Mahyudin Al Mudra berusaha melakukan upaya pencerahan agar bangsa Melayu tidak melupakan asal-usul dan nenek-moyangnya. Di bagian awal dari buku ini, Mahyudin Al Mudra menjelaskan fase-fase perjalanan bangsa Melayu dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa bangsa Melayu adalah bangsa yang sudah ada sejak lama, jauh sebelum Islam datang dan menebar pengaruh.

Dalam buku ini, Mahyudin Al Mudra memaparkan kenyataan bahwa bangsa Melayu adalah bangsa yang sudah tua, bangsa yang sudah ada sejak zaman purbakala, tepatnya sejak tahun 3000 Sebelum Masehi. Kenyataan bahwa bangsa Melayu telah ada sejak zaman pra Hindu-Buddha, kemudian berkembang dan menyebar ke berbagai penjuru dunia merupakan alasan www.MelayuOnline.com meredefinisikan Melayu berdasarkan kesamaan sejarah dan budaya, bukan atas dasar kepentingan politik, etnik, dan bahkan agama sekalipun.

Mahyudin Al Mudra mengakui, memang tidak mudah memberikan redefinisi Melayu yang dapat memuaskan semua pihak. Sejauh ini, upaya yang Mahyudin Al Mudra untuk meredefinisikan Melayu dan telah diwujudkannya dalam struktur dan isi dalam portal www.MelayuOnline.com dinilai oleh beberapa orang masih problematis. “Melalui www.MelayuOnline.com, saya meredefiniskan Melayu sebagai bangsa di manapun mereka berada yang pernah atau masih mempraktekkan budaya Melayu tanpa dibatasi sekat-sekat agama, ras, bahasa, geografi, dan afiliasi politik,” jelas Mahyudin Al Mudra (hal. 5).

Mahyudin Al Mudra menegaskan, upaya redefinisi Melayu bertujuan untuk mengakomodir dan menyatukan seluruh puak-puak Melayu di seluruh dunia dengan memanfaatkan teknologi informasi, bukan untuk menambah daftar perbedaan definisi. Bangsa Melayu adalah manusia-manusia diaspora yang sering berkelana ke negeri-negeri lain. Gerak diaspora yang dilakukan oleh orang-orang Melayu itu mengemban peran penting dalam upaya penyebaran budaya Melayu. Maka tidak mengherankan bila puak-puak Melayu tersebar di berbagai tempat dan masih mengamalkan tradisi Melayu hingga saat ini.

Sebagian besar orang Melayu memang menghuni wilayah di sekitar Semenanjung Melayu. Dalam konteks negara dan bangsa saat ini, orang-orang Melayu itu berdiam di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Namun, orang-orang Melayu yang hidup di luar areal Semenanjung Melayu juga tidak bisa diabaikan kemelayuannya. Orang-orang Melayu yang ada di Thailand, Filipina, Kamboja, Laos, Vietnam, Srilanka, Asia Selatan, bahkan Pulau Cocos dan Pulau Krismas di Oceania, serta Madagaskar, Afrika Selatan, dan Suriname, tidak berbeda dengan orang-orang Melayu Semenanjung. Semuanya masih terhimpun dalam satu rumpun, yakni rumpun bangsa Austronesia.

Upaya untuk mewujudkan redefinisi Melayu demi terciptanya kesatuan bangsa Melayu serumpun yang bebas dari segala bentuk kekangan parsial memang diperlukan kerja yang ekstra keras. Sudah saatnya bangsa Melayu sedunia dipersatukan agar bangsa Melayu lebih dikenal dunia global. Caranya adalah dengan bersama-sama membenahi pandangan tentang Melayu dengan membangun paradigma yang berbeda dalam tataran horisontal melalui perspektif yang tidak lagi sempit. Salah kaprah dalam kemelayuan harus diluruskan dengan mengembalikan perspektif asal-usul bangsa Melayu.

Perjuangan meredefinisi Melayu bisa dilakukan dengan memetakan serta mencari kelebihan dan kekurangan dengan tujuan memberi keleluasaan pada bangsa-bangsa Melayu untuk berkembang secara utuh. Dengan demikian, orang Melayu diharapkan akan terus belajar dalam melihat dan mengidentifikasi dirinya sendiri untuk kemudian bersiap memberikan sumbangsih yang berarti bagi dunia.

Penulis : Mahyudin Al Mudra, S.H., M.M.
Editor : Mahyudin Al Mudra, S.H., M.M.
Sumber: http://www.adicita.com/resensi/detail/id/122/Redefinisi-Melayu

1 komentar:

  1. 'MELAYU ' ITU TELAH SEDIA SEMPURNA , HANYA BANGSA ITU SENDIRI HARUS MENGENAL DENGAN SEBENAR BENAR KENAL AKAN 'SEJATI' DALAM BANGSANYA

    BalasHapus

Banyak Dibaca