25 Maret 2011

Kerajinan Melayu Riau

Khazanah Kerajinan Melayu Riau

Khazanah Kerajinan Melayu RiauRiau sebagai salah satu provinsi di Indonesia memang cukup banyak memiliki jejak-jejak kebesaran kebudayaan Melayu. Di daerah Riau, pernah berdiri kerajaan-kerajaan Melayu yang cukup besar dan memiliki pengaruh yang luas di zamannya. Sebut saja Kerajaan Siak Sri Indrapura atau Kerajaan Lingga. Selain itu, dari tanah Riau juga pernah lahir tokoh-tokoh kebudayaan Melayu, semisal Raja Ali Haji. Berdasarkan bukti-bukti kebudayaan ini, menjadi wajar jika Pemerintah daerah Riau menciptakan visi Riau menjadi pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara pada 2020.

Selain kerajaan dan tokoh Melayu, Riau juga kaya akan kerajinan tradisional seperti songket, tekat, batik, bordir, anyaman, atau ukiran kayu. Kerajinan-kerajinan ini terdokumentasi dengan baik dalam buku berjudul Khazanah Kerajinan Melayu Riau ini. Buku ini membahas tentang berbagai kerajinan khas Riau yang merupakan kebudayaan orang Riau masa silam. Kerajinan-kerajinan ini hingga kini masih terjaga dengan cukup baik. Untuk melestarikan budaya Riau, penerbitan buku ini penting untuk diapresiasi.

Informasi dalam buku ini ditulis dengan cukup ringkas namun komunikatif. Hal ini menjadikan buku ini enak dibaca dan mudah dipahami. Untuk mengetahui informasi tentang kerajinan Melayu yang lebih lengkap memang diperlukan referensi yang lain, namun jika pembaca hanya ingin mengenal jenis-jenis kerajinan Melayu yang beragam beserta proses pembuatannya, buku ini sudah cukup memadai.

Buku ini diterbitkan oleh tim Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Riau, sebuah lembaga yang memang bergerak dalam bidang pelestarian kebudayaan Riau. Penerbitan buku ini merupakan tindak lanjut dari visi Provinsi Riau 2020 yang ingin menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara pada 2020. Pemerintah Daerah Riau menganggap kerajinan sebagai jejak-jejak orang Melayu yang menjadi simbol dan identitas tamadun Melayu. Oleh karena itu, kerajinan perlu dan penting untuk didokumentasikan agar visi tersebut dapat tercapai.

Sebagai sebuah buku dokumentasi yang bertujuan untuk mewujudkan visi besar, buku ini dicetak dalam kertas yang eksklusif dengan foto-foto berwarna yang indah dan memikat. Melalui foto-foto tersebut, para pembaca – khususnya para antropolog - dapat terbantu dalam menginterpretasikan simbol-simbol yang terefleksi dari motif-motif kerajinan Melayu. Motif-motif tersebut mencerminkan bahwa orang Melayu sangat pintar membaca alam. Orang Melayu terlihat sangat imajinatif dan kreatif memindahkan keindahan bunga dan tanaman yang tumbuh di tanah Riau menjadi motif-motif songket, batik, bordir dan tekat, semisal motif pucuk rebung.

Selain tumbuh-tumbuhan, orang Riau juga sangat pandai menjadikan binatang sebagai motif kerajinan. Hewan seperti naga dan itik menjadi inspirasi mereka untuk dijadikan hiasan pada songket, tekat, atau batik. Hal ini membuktikan, selain dekat dengan alam, orang Riau juga dekat dengan binatang. Batik, yang salah satu motifnya menggunakan citra binatang, saat ini juga dijadikan sebagai salah satu seragam para pegawai negeri di Riau dan para guru di sekolah.

Selain songket dan batik, kebudayaan Riau juga kaya akan kerajinan anyaman dan ukiran kayu. Kedua ragam kerajinan ini jejaknya masih dapat disaksikan di rumah-rumah perdesaan Riau. Kedua kerajinan ini memadukan antara unsur ketelitian dan keindahan. Anyaman dan ukiran dibuat dengan ketelitian dan ketekunan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari wujud anyaman dan ukiran yang halus dan ukiran yang detil. Motif-motif seperti pucuk rebung banyak menghiasi ukiran kayu dengan sangat indah. Motif ukiran ini salah satunya dapat dinikmati pada bangunan Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) Yogyakarta, lembaga yang juga peduli terhadap tamadun Melayu.

Melayu sebagai sebuah kebudayaan besar dan memiliki pengaruh dalam peradaban bangsa-bangsa rumpun Melayu, patut dan penting untuk ditamadunkan lagi. Apa yang dilakukan oleh Dekranasda ini semoga tidak hanya berhenti pada penerbitan buku belaka karena kebudayaan Melayu membutuhkan perhatian yang serius, lebih dari sekedar penerbitan buku.

Satu hal yang sering dilupakan oleh pemerintah adalah pemberian penghargaan terhadap pelaku kebudayaan di perdesaan. Para pelaku kebudayaan ini biasanya mengabdikan hidupnya untuk kesenian, dengan alat musik seadanya dan dalam keadaan ekonomi yang kekurangan. Pemberian penghargaan terhadap mereka adalah hal yang penting karena pelestarian budaya tanpa menghargai pelakunya ibarat makan ikan tanpa memikirkan pembibitannya.


Penulis : Tim Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Riau
Editor : Mahyudin Al Mudra, S.H.,M.M.
Penerbit : Adicita Karya Nusa, Yogyakarta
Sumber: http://www.adicita.com/resensi/detail/id/186/Khazanah-Kerajinan-Melayu-Riau

1 komentar:

  1. bangkinang (kampar), rokan hulu dan kuansing suku mlayu/ minang??? bahasanya bahasa minang. suku nya minang (spt piliang, chaniago dll) masak dibilang melayu.. g cocok riau daratan sbg pusat melayu asia tenggara. yg cocok itu riau kepulauan

    BalasHapus

Banyak Dibaca