17 Juli 2008

Ambisi The All-American Rejects

All American RejectIdealnya, sebuah band merilis album setiap satu tahun. Namun, tidak jarang hal tersebut tertunda karena sebuah kata, kesempurnaan. Mereka pun rela berkutat di studio selama bertahun-tahun untuk mewujudkannya. Karena keasyikan mengolah materi, jadwal rilis pun menjadi molor. Seperti yang terjadi pada All-American Rejects.

Untuk memproduksi album ketiga, band asal Stillwater, Oklahoma, itu menghabiskan waktu sekitar tiga tahun. Tyson Ritter (bas, vokal), Nick Wheeler (gitar), Mike Kennerty (gitar), dan Chris Gaylor (drum) baru merilis follow-up multiplatinum mereka, Move Along (2005), di pengujung 2008.

AAR tidak menampik bahwa mereka memang menginginkan album yang perfect. Band ini pun memeriksa ulang segala detail materi dan berpikir keras membuat lagu yang bagus. Ritter dkk juga memastikan apa yang dibuat benar-benar melukiskan perasaan mereka.

Namun, diakui Wheeler, itu bukan hal yang mudah. Penyebabnya, terlalu banyak ide di AAR, tapi sulit untuk membuatnya menjadi sebuah lagu. Untung, mereka dapat melewati kesulitan tersebut. Sekarang, materi AAR malah overload. Sampai berita ini diturunkan, Ritter dkk belum juga memberikan judul.

Wheeler dan Ritter melakukan sesi penulisan lagu selama satu setengah tahun. Mereka memilih pedesaan Georgia, Vancouver, dan San Fransisco sebagai tempat mengolah ide. Pengerjaan itu menghasilkan sekitar 30 lagu.

“Kami menulis dan terus menulis lagu. Itu adalah jumlah lagu terbanyak yang pernah kami tulis untuk sebuah rilisan. Saat ini, AAR sedang sibuk mengolah materi itu di studio rekaman,” papar Wheeler.

Materi berkualitas adalah tujuan utama. Maka, dipilihlah salah satu produser berkualitas di ranah musik rock. Yaitu, Eric Valentine, yang juga pernah bekerja sama dengan Lostprophets, Smash Mouth, Taking Back Sunday, dan Queens of the Stone Age. Valentine sekarang sedang memanajeri band pop-punk, Good Charlotte.

Menurut para personel AAR, campur tangan Valentine membuat musik mereka lebih segar. “Dia (Valentine, red) benar-benar orang gila. Dalam hal yang bagus untuk album ini, tentunya, ha ha ha..,” ujar Kennerty setengah bercanda.

AAR yakin, album ketiganya akan sukses di pasaran. Namun, mereka tidak berharap terlalu tinggi. Terutama, dalam hal penjualan. Apalagi kalau harus disejajarkan dengan Move Along yang laku dua juta kopi hanya di Amerika Serikat. Tapi, mereka yakin kalau album ketiga itu bakal disuka fans.

AAR dibentuk pada 2000 oleh Ritter dan Wheeler yang saat itu masih remaja. Kennerty dan Gaylor mulai bergabung pada 2002. AAR lantas merilis debut self-titled, yang memopulerkan single Swing Swing. Setelah itu, mereka sempat menghilang beberapa tahun. Tidak ingin dicap one hit wonder, pada 2005 band tersebut mengeluarkan sophomore Move Along.(aid/berbagai sumber)

Banyak Dibaca